Tuesday, April 27, 2010

SEBUAH KISAH (siri ke-2)

Kisah seorang isteri solehah......

Siti Muthi'ah

"FATIMAH anakku, mahukah engkau menjadi seorang perempuan yang baik budi dan isteri yang dicintai suami?"
tanya sang ayah yang tak lain adalah Nabi SAW.

"Tentu saja, wahai ayahku"

"Tidak jauh dari rumah ini berdiam seorang perempuan yang sangat baik budi pekertinya. Namanya Siti Muthi'ah. Temuilah dia, teladani budi pekertinya yang baik itu".

Gerangan amal apakah yang dilakukan Siti Muthi'ah sehingga Rasul pun memujinya sebagai perempuan teladan? Maka bergegaslah Fatimah menuju rumah Muthi'ah dengan mengajak serta Hasan, putra Fatimah yang masih kecil itu.

Begitu gembira Muthi'ah mengetahui tamunya adalah putri Nabi besar itu.

"Sungguh, bahagia sekali aku menyambut kedatanganmu ini, Fatimah. Namun maafkanlah aku sahabatku, suamiku telah beramanat, aku tidak boleh menerima tamu lelaki dirumah ini."

"Ini Hasan puteraku sendiri, ia kan masih anak-anak." kata Fatimah sambil tersenyum.

"Namun sekali lagi maafkanlah aku, aku tak ingin mengecewakan suamiku, Fatimah."

Fatimah mulai merasakan keutamaan Siti Muthi'ah. Ia semakin kagum dan berhasrat menyelami lebih dalam akhlak wanita ini. Lalu dihantarlah Hasan pulang dan bergegaslah Fatimah kembali ke Muthi'ah.

Khasiat Tiga Benda 'Keramat'


"Aku jadi berdebar-debar," sambut Siti Muthi'ah. Gerangan apakah yang membuatmu begitu ingin kerumahku, wahai puteri Nabi?"

"Memang benarlah, Muthi'ah. Ada berita gembira buatmu dan ayahku sendirilah yang menyuruhku ke sini. Ayahku mengatakan bahwa engkau adalah wanita berbudi sangat baik, karena itulah aku kesini untuk meneladanimu, Wahai Muthi'ah."

Muthi'ah gembira mendengar ucapan Fatimah, namun Muthi'ah masih ragu.

"Engkau bergurau sahabatku? aku ini wanita biasa yang tidak punya keistimewaan apapun seperti yang engkau lihat sendiri."

"Aku tidak berbohong wahai Muthi'ah, karenanya ceritakan kepadaku agar aku bisa meneladaninya."
Siti Muthi'ah terdiam, hening. Lalu tanpa sengaja Fatimah melihat sehelai kain kecil, kipas dan sebilah rotan di ruangan kecil itu.

"Buat apa ketiga benda ini Muthi'ah?"
Siti Muthi'ah tersenyam malu. Namun setelah didesak iapun bercerita.
"Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan kain kecil ini hingga kering keringatnya. Iapun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur."

"Sungguh luar biasa pekertimu, Muthi'ah. Lalu untuk apa rotan ini?"

"Kemudian aku berpakaian semenarik mungkin untuknya. Setelah ia bangun dan mandi, kusiapkan pula makan dan minum untuknya. Setelah semua selesai, aku berkata kepadanya: "Oh, kakanda. Bilamana pelayananku sebagai isteri dan masakanku tidak berkenan dihatimu, aku ikhlas menerima hukuman. Pukullah badanku dengan rotan ini dan sebutlah kesalahanku agar tidak ku ulangi."

"Seringkah engkau dipukul olehnya, wahai Muthi'ah?"
tanya Fatimah berdebar-debar.

"Tidak pernah, Fatimah. Bukan rotan yang diambilnya, justru akulah yang ditarik dan didekapnya penuh kemesraan. Itulah kebahagiaan kami sehari-hari".

"Jika demikian, sungguh luar biasa, wahai Muthi'ah. Sungguh luar biasa! Benarlah kata ayahku, engkau perempuan berbudi baik."
kata Fatimah terkagum-kagum.


P/S: Para wanita, isteri-isteri kepada suami...kisah Muthi'ah ini cukup memberi pengajaran dan pedoman untuk kalian membina budi pekerti dalam proses menjadi wanita dan isteri solehah. Jadikanlah kisah ini sebagai motivasi untuk kalian terus menjadi insan yang terbaik di mata suami dan di mata Allah. Moga kalian mendapat redha suami dan juga Allah.

Para lelaki dan suami, tidak perlu untuk kita hanya menyuruh isteri sahaja yang menjadi solehah tetapi diri sendiri tidak soleh. Anda adalah pemimpin bagi wanita, oleh kerana itu anda perlulah lebih kuat dan lebih soleh dari isteri anda. Jangan hanya pandai mengarah itu dan ini, tapi diri sendiri tidak dapat memberi tunjuk ajar yang terbaik buat isteri dan anak2.

Begitulah kisahnya kali ini...moga diri ini terus istiqamah dalam membina diri yang lebih mantap dalam usaha mendapat redhaNya.

Wallahua'alam...

al-faqir kame al-gajusi, 23:41pm, 27Apr2010

No comments:

Post a Comment